Mengkritisi Teori Domino Kecelakaan Heinrich

Assalamu’alaikum sobat…

Mengkritisi teori domino Heinrich. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja merupakan salah satu dampak dari lemahnya sebuah sistem manajemen keselamatan di suatu perusahaan. Kita sepakat bahwa teori tentang penyebab kecelakaan (teori domino) yang dirumuskan oleh Heinrich terdapat 5 (lima) faktor penyebab kecelakaan yang saling berhubungan yang digambarkan sebagai 5 domino yang berdiri sejajar yaitu kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tidak aman (hazard), kecelakaan, serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab akibat.

Pendahuluan

Note: Sebelum membaca tulisan ini, sedikit penulis jelaskan bahwa tulisan di bawah ini adalah pendapat pribadi dari hasil pemikiran sendiri. Pastinya dari pembaca ada yang setuju ataupun tidak. Intinya penulis hanya ingin berbagi atas pengetahuan dan pengalaman selama ini sebagi seorang HSE. Tulisan ini akan membahas kaitan teori penyebab kecelakaan kerja dengan takdir yang dialami oleh manusia. Untuk lebih jelasnya, silahkan pembaca melanjutkannya.

Beliau juga menyatakan dalam teorinya bahwa penyumbang terbesar kecelakaan kerja adalah karena tindakan tidak aman pada manusia yang menyumbang sekitar 88%, kondisi tidak aman 10% dan sisanya sebanyak 2% adalah takdir (unpredictable). Nah, penulis ingin membahas lebih detail tentang penyebab kecelakaan yang 2% tersebut, karena hal ini sangat menarik. Tentunya penulis dalam membahas permasalahan ini akan menggunakan pendekatan secara syar’i (baca: Islam).

Sebagai seorang muslim kita harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya mengatur segala sesuatu. Juga bahwa sesuatu yang terjadi di dunia ini semuanya sudah ditetapkan oleh ALLAH baik masa lalu, saat ini dan yang akan datang.

Dalilnya:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. [Al-maidah:3]

“Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Allah telah menuliskan ketetapan segenap takdir bagi segenap makhluk, sebelum Allah menciptakan langit-langit dan bumi dengan jarak lima puluh ribu tahun”. [HR Muslim].

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis pada kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. [Al Hadid : 22]

“Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya”. [HR Bukhari dan Muslim]

Jika pada teori Heinrich dikatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang 2%-nya adalah karena takdir, maka penulis katakan itu adalah keliru, karena takdir tidak bisa dikatakan sebab. Sebagai contoh, sakitnya seseorang yang terkena flu disebabkan oleh virus yang menyerangnya. Virus tersebut adalah sebab juga kondisi fisik yang lemah, akan tetapi penyakit yang menimpa orang tersebut merupakan takdir dari ALLAH yang sudah ditetapkan seperti pada hadist yang ditulis di atas bahwa rizki, ajal, amal, dan celaka atau bahagianya.

Bagaimana Dengan Upaya Pencegahan Kecelakaan?

Tidaklah salah apa yang diusahakan oleh manusia dalam upaya pencegahan kecelakaan. Dikarenakan manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, yang menetapkan hanyalah ALLAH. Apapun yang diusahakan oleh manusia, insya ALLAH tidaklah sia-sia asalkan usaha tersebut tidak menyalahi ketentuan syariat. Sebagai contoh penyimpangan yang dilakukan oleh manusia seperti tumbal kepala hewan dengan tujuan agar diberi keselamatan. Ini adalah bentuk syirik, dimana mereka menjadi tumbal tersebut sebagai sandaran atau sebab terhindarnya dari kecelakaan.

Jika kita mau berpikir, banyak metode ataupun teori bagaimana membuat suatu program pencegahan kecelakaan. Seperti yang sudah berjalan di tempat penulis bekerja ada program AFPP yaitu Adaro Fatality Prevention Program. Di perusahaan-perusahaan lainnnya pun pasti sudah memiliki program yang semisalnya. Sebab perubahan terletak pada diri manusia dan ALLAH yang akan menetapkannya. Lihat pada ayat di bawah ini:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. [Ar-rad : 11]

Jelas sudah bahwa upaya apapun tetap harus dilakukan agar kecelakaan dapat terhindar, namun ALLAH jualah yang menentukan. Sebagai seorang muslim tidaklah diperbolehkan untuk membanggakan diri atas pencapaian dirinya yakni tidak ada kecelakaan yang dikarenakan oleh program yang dijalankannya.

Apa penyebab utama kecelakaan kerja?

Teringat pada sebuah ayat yang berbunyi:

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. [asy Syuura : 30].

Ada benarnya pendapat dari teori Heinrich bahwa penyebab langsung kecelakaan dikarenakan perbuatan atau perilaku yang tidak aman. Segala kecelakaan yang ada disebabkan oleh perilaku yang tidak aman. Dalam teori investigasi bahwa dalam menentukan penyebab dari suatu kecelakaan harus benar2 sampai ke akar masalahnya. Tentunya orang berperilaku tidak aman pasti ada penyebabnya. Ujung dari penyebab kecelakaan adalah lemahnya sistem manajemen keselamatan biasanya terpusat pada system, Program yang tidak sesuai, Standar yang tidak sesuai serta ketidak patuhan pada standar sehingga menjadi titik awal terjadinya Penyebab Dasar dan Penyebab Langsung .

Kesimpulannya?

Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja bisa dikatakan akibat dari lemahnya sistem. Sistem yang lemah berdampak pada lemahnya pengawasan pekerjaan, pengembangan karyawan dan budaya kerja yang aman. Oleh karena itu, perlu kiranya diperhatikan hal tersebut.

Selain itu bisa dikatakan bahwa 2% penyebab kecelakaan karena takdir adalah kekeliruan yang jelas. Karena takdir bukanlah sebab tapi merupakan ketentuan dan ketetapan yang ALLAH berikan kepada hambanya. Manusia hanya berkewajiban untuk berusaha semampunya. ALLAH berfirman:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” [Al-Baqarah : 286]
Demikian tulisan ini semoga bermanfaat dan bisa sedikit membuka cara pandang yang baru.

Tangerang,
Jan 2015

Spread the love