Tak Selamanya Teori Itu Benar
Dulu bahkan sekarang, sobat pasti pernah mendengar ungkapan seperti “tidak selamanya teori itu benar”. Ungkapan tersebut seperti 2 sisi mata uang. Bisa dikatakan benar dan juga bisa salah tergantung dari sisi mana kita memahaminya. Teori dibuat bukan tanpa dasar, karena para ilmuwan dalam membuat suatu teori pastinya sudah melakukan percobaan (experiment) pada suatu objek. Jika ada suatu teori yang salah, maka ada kemungkinan kesalahan tersebut berasal dari ketidaksempurnaannya suatu experiment yang dilakukan oleh ilmuwan tersebut.
Sebagai contoh teori penyebab kecelakan (Frank E. Bird Peterson), dimana kerugian disebabkan karena kontak peristiwa (kondisi di bawah standar), kontak peristiwa disebabkan karena penyebab langsung (praktek di bawah standar), penyebab langsung disebabkan karena penyebab utama dan penyebab utama disebabkan karena lemahnya kontrol dari manajemen. Sampai saat ini pun teori tersebut dipakai dalam membuat suatu laporan investigasi kecelakaan.
Baca juga: Mengkritisi Teori Domino Kecelakaan Heinrich
Contoh kedua adalah teori piramida kecelakaan (Heinrich 300-29-1 Model) yang mengatakan bahwa dalam setiap 1 kali kasus kecelakan kerja yang berakibat kematian terdapat 29 kasus luka ringan dan 300 kasus hampir celaka (Nearmiss). Berbeda dengan teori yang pertama. Untuk teori yang kedua sudah dibantah oleh Thomas R. Krause yang telah memunculkan sebuah ide yang menyebutkan bahwa Piramida Kecelakaan Heinrich tersebut tidak sepebuhnya benar. Ia beralasan bahwa masih banyak kecelakaan kerja berat ataupun fatal yang tidak hilang meskipun kita telah mencoba sekuat tenaga untuk mengurangi kejadian nearmiss yang ada.
Poin yang ingin penulis sampaikan kepada praktisi K3 adalah bahwa:
- Ilmu K3 sangatlah luas dan sudah seharusnya kita banyak membaca tentang keilmuan K3 yang belum kita pahami atau kuasai.
- Ilmu K3 bukanlah ilmu yang statis, karena akan selalu ada perubahan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para professional K3.
- Keilmuan K3 berfokuskan kepada bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
- Kita dituntut untuk berfikir lebih luas dalam membuat suatu program, metode dan alat ukur dari keberhasilan suatu program tersebut.
Demikian, semoga bermanfaat.