World Safe Day: Work-Related Stress

Assalamu’alaikum sobat..

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang Hari Keselamatan Dunia..

Bulan K3 Nasional diperingati setiap tanggal 12 Januari s.d 12 Februari setiap tahunnya. Tapi kita tidak pernah tahu kapan hari K3 yang diakui secara internasional (baca: dunia). Organisasi Buruh Internasional (ILO) menetapkan bahwa hari keselamatan dan kesehatan kerja dunia (World Day for Safety and Health at Work) ditetapkan pada tanggal 28 April tiap tahunnya. Pada hari tersebut dilakukan kampanye untuk mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh dunia.
Tema yang diusung untuk tahun 2016 ini adalah Workplace Stress: a Collective Challenge, yang mana risiko stress di tempat kerja adalah tantangan bersama, baik pimpinan perusahaan, manajamen dan seluruh karyawan yang bekerja.
Latar belakang diangkatnya tema ini oleh ILO antara lain dikarenakan:
  1. Tuntutan ekonomi kebutuhan karyawan yang tinggi.
  2. Meningkatnya persaingan, target kinerja yang tinggi dan durasi jam kerja yang lebih lama.
  3. Kondisi pekerjaan yang memisahkan dari kehidupan.
  4. Kondisi ekonomi yang tidak baik.
  5. Terjadinya perubahan kebijakan dan struktur organisasi dalam perusahaan.
  6. Berkurangnya kesempatan kerja, status pekerjaan (pegawai tidak tetap) dan PHK besar-besaran.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah berkembang perhatian terhadap dampak risiko psikososial berupa stres yang berhubungan dengan pekerjaan di kalangan peneliti, praktisi dan pembuat kebijakan. Work-related stress sekarang diakui sebagai isu global yang mempengaruhi semua negara, semua profesi dan semua pekerja baik di negara maju maupun berkembang. Tempat kerja adalah salah satu sumber penting dari risiko psikososial dan merupakan tempat yang ideal untuk mengatasinya dalam rangka untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

DEFINISI STRESS

Jika dampak dari bahaya psikososial adalah stress, maka apa definisi dari stress itu? Stress adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. (Robbins, 2001).
Stress sesungguhnya telah ada sepanjang keberadaan manusia dan timbul sebagai hasil interaksi satu sama lain pada situasi yang sangat bervariasi. Stress diibaratkan sebagai sebuah “pedang bermata dua” yang mengandung pemahaman bahwa stress di satu sisi bersifat merusak (destructive), karena dapat membuat manusia mengalami kerapuhan secara fisik dan mental (physical and mental breakdowns). Namun di sisi lain stress justru bersifat membangun (constructive) karena stres dapat berkontribusi secara positif demi kelangsungan suatu organisasi. Stres memungkinkan manusia untuk termotivasi dan menjadi kekuatan pendorong (driving powers) sehingga manusia akan menjadi lebih produktif lagi. Dengan demikian, suatu organisasi atau suatu institusi akan dapat mencapai outcomes yang lebih baik bila mampu me-manage stress secara optimal.

Berbagai data mengungkapkan stress dapat terjadi di berbagai organisasi dan tempat kerja. Keberadaan stress tidak dapat dipungkiri yang akan berdampak kepada kinerja staf dan lingkungan kerja secara keseluruhan.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala seseorang sedang mengalami stres dapat dilihat pada perilaku sosial, fisik dan juga dapat nampak pada mentalnya pula. Penyebab stres di tempat kerja dan cara mengatasinya perlu diketahui, karena dengan adanya atau timbulnya stres di tempat kerja menjadi suatu persoalan yang serius bagi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat menurunkan kinerja karyawan dan perusahaan.

Tuntutan pekerjaan dan deadlinepenyelesaian tugas pekerjaan yang semakin beragam bisa menjadi sumber strestermasuk misalnya masalah keluarga, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari untuk setiap pekerja maupun para karyawan. Stres di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja.

DAMPAK DARI STRES

Secara fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat mengalami gangguan fisik seperti halnya akan mengakibatkan sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan darah dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal.

Secara psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja, seperti menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi.

Selain itu juga menghasilkan perilaku seperti merokok atau mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan, agresivitas dalam berbicara atau bertindak, melakukan hal-hal yang mengganggu di tempat kerja, atau sering ditemukan tidur di tempat kerja. Stres yang dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali, bisa menyebabkan terjadinya burn-out yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi.

MENGELOLA STRES

Mencari cara untuk mengelola stres di tempat kerja bukan tentang membuat perubahan besar melainkan tentang fokus pada satu hal yang selalu dalam kendali kita yaitu diri kita sendiri. Peran-peran proaktif dalam menanggulangi stress di tempat kerja adalah penting. Berbagai strategi perlu diambil sebagai langkah-langkah yang efektif. Penatalaksanaan dalam meredakan menghilangkan stress yang baik akan meningkatkan lingkungan kerja yang sehat yang dapat dibuktikan dalam bentuk rendahnya angka absensi karyawan, keterlambatan datang, dan penurunan kinerja staf sehingga dengan demikian pelayanan prima (excellence service) akan tercapai.

Adapun beberapa strategi cara tips dalam mengelola stress (Stress management) yang bisa diterapkan antara lain adalah sebagai berikut :

  • Pengembangan sebuah kebijakan tentang stress (stress policy) dan memonitor efektifitasnya.
  • Pelaksanaan sebuah survey untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stress di lingkungan kerja.
  • Pelaksanaan upaya perbaikan design pekerjaan dan lingkungan kerja.
  • Pelaksanaan perbaikan terhadap pola komunikasi lingkungan kerja agar lebih efektif dan berfokus pada penyelesaian masalah.
  • Melakukan pertemuan dengan karyawan dalam upaya mendiskusikan berbagai permasalahan yang memungkinkan terjadinya stress.
  • Mengadakan training tentang penatalaksanaan stress di tempat kerja (occupational stress management) bagi para pimpinan unit kerja sehingga diharapkan mereka dapat lebih sensitive terhadap penyebab-penyebab dan gejala (symptom) awal dari stress di lingkungan kerja mereka.
  • Pelaksanaan berbagai kegiatan yang bersifat informal yang merujuk pada tujuan peningkatan upaya relaksasi bagi karyawan, seperti happy hours, afternoon tea, outbound activities, tamasya keluarga.

Jadi pengelolaan stres sangat penting untuk diperkenalkan di dalam lingkungan kerja. Pengelolaan stress yang baik akan memungkinkan terciptanya sebuah lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat sehingga dengan demikian misi dan tujuan pada sebuah perusahaan dapat dicapai secara optimal.
Ref:
       International Labor Organization (ILO), www.ilo.org/safeday
Spread the love