8 Langkah Analisa Program Konservasi Pendengaran (HCP)

Assalamu’alaikum sobat…

Gangguan pendengaran merupakan salah satu risiko dari bahaya pekerjaan yang dihadapi seorang pekerja yang kesehariannya terpapar oleh kebisingan tanpa dilakukan kontrol. Dampak terburuk dari gangguan pendengaran adalah tuli (tidak bisa mendengar secara permanen).
Perusahaan memiliki kewajiban untuk melindungi pekerjanya dari risiko tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program). Tujuan dari program tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan pendengaran (hearing loss) yang berhubungan dengan kebisingan tinggi di tempat kerja. (NIOSH, 1996)
Dasar pelaksanaan program konservasi pendengaran adalah jika ditemukan suatu area kerja memiliki tingkat kebisingan yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu 85 dBA.
Berikut di bawah ini 8 (delapan) langkah dalam analisa program konservasi pengdengaran.
1. Penilaian awal
Penilaian awal ini adalah untuk mendapatkan gambaran apakah ada bahaya kebisingan yang signifikan dan sejauh mana usaha perusahaan untuk mengendalikannya. Ada beberapa pertanyaan untuk melengkapi langkah penilaian awal ini.
  • Apakah ada perangkat hardware seperti pabrik, gedung lab, gudang atau peralatan dan permesinan yang dimilikinya?
  • Apakah tersedia SDM yang bertugas untuk memonitor K3 seperti dokter kesehatan kerja dan petugas K3?
  • Apakah sudah dilakukan pengukuran kebisingan terhadap area yang menjadi sumber bising?
  • Apakah pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala (MCU) khususnya pemeriksaan audiometri?
  • Apakah disediakan alat pelindung telinga bagi pekerja yang terpapar kebisingan lebih dari NAB?
  • Apakah pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan khusus tentang program konservasi pengdengaran?
2. Evaluasi pemaparan terhadap kebisingan
Pada tahap kedua ini adalah melakukan evaluasi terhadap sumber bising yang dihasilkan dari hardware yang sudah teridentifikasi dan pekerja yang terpapar. Salah satu adalah dengan menginventarisasi sumber bising yang dihasilkan dengan cara melakukan pengukuran menggunakan sound level meter (SLM) dan pengukuran terhadap pekerja yang terpapar dengan menggunakan alat dosi meter.
3. Pengendalian bising secara Administratif dan Rekayasa
Pengendalian administrasi seperti prosedur, jadwal kerja dan rotasi kerja. Sedangkan untuk pengendalian Rekayasa seperti membuat peredaman terhadap alat atau permesinan yang menyumbang bising.
4. Evaluasi audiometrik
Mengevaluasi metode pengukuran audiometri terhadap pekerja dam hasil pengukurannya setelah dilakukan MCU. Periode berapa lama pekerja dilakukan tes audiometri dan apakah memiliki alat tes audiometri sendiri?
5. Penggunaan alat pelindung telinga
Jenis alat pelindung apa yang digunakan? Apakah diperhatikan NRR (Noise Reduce Rate) dari alat pelindung tersebut sehingga memang dapat dipastikan aman digunakan pada area yang bising. Apakah memiliki prosedur tersendiri dalam penggunaan alat pelindung telinga?
6. Pelatihan pekerja
Apakah memiliki program khusus tentang pengendalian kebisingan bagi pekerja dan apakah instrukur yang menyampaikan memiliki kompetensi? Kemudian apakah materi pelatihan sudah secara komprehensif membahas tentang program konservasi pendengaaran?
7. Pencatatan dan pelaporan
Pada tahap ini adalah memberikan kesimpulan awal apakah perusahaan sudah mempunyai dokumen setiap tahapan program konservasi. Berikan catatan apa saja yang sudah dilakukan sesuai dengan tahapan program dan yang belum.
8. Evaluasi program
Evalusi program ini adalah secara keseluruhan, apakah setiap tahapan dari program konservasi pendengaran dilakukan secara menyeluruh?
Kedelapan langkah tersebut merupakan bentuk analisa apakah program konservasi pendengaran dilakukan oleh perusahaan secara menyeluruh atau belum. Langkah berikutnya adalah membuat kesimpulan dari 8 langkah atau tahap program konservasi pendengaran.
Demikian semoga bermanfaat.

Sumber:
– NIOSH, 1996. Hearing Loss Prevention Programs (HLLPs), www.niosh.gov

Spread the love