Program Perlindungan Pernafasan (RPP)

Assalamu’alaikum sobat..

Program perlindungan pernafasan merupakan upaya dalam melindungi karyawan dari risiko gangguan pernafasan yang disebabkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan. Faktor pekerjaan karena berhubungan dengan peralatan atau bahan yang digunakan, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan pekerjaan seperti area berdebu dan lainnya.

Definisi Respirator dan Jenisnya

Respirator adalah alat pelindung yang menutupi hidung dan mulut atau seluruh wajah atau kepala untuk melindungi pemakainya terhadap bahaya yang ada di atmosfir. Terdapat dua jenis kelas respirator yaitu Air Purifying yang berfungsi untuk menghilangkan kontaminan dari udara dan Asmosphere Supplying yang memberi udara bersih. Umumnya respirator Atmosphere Supplying banyak digunakan pada area yang banyak paparan bahaya. (OSHA 3079, 2002_revised)

Baca juga: 8 Langkah Analisa Program Konservasi Pendengaran (HCP)

Elemen Program Perlindungan Pernafasan

Program perlindungan pernafasan setidaknya harus mencakup:
1. Prosedur pemilihan respirator
2. Survey medis
3. Pelatihan
4. Uji kerapatan
5. Inspeksi, pembersihan, perawatan dan penyimpanan respirator
6. Survey kondisi area kerja dan pekerja yang terpapar
7. Evaluasi program

Ketujuh elemen tersebut mengacu pada buku “NIOSH Guide to Industrial Respiratory Protection, 1987”. Berikut penjelasan dari setiap elemen tersebut:

1. Prosedur pemilihan respirator

Umumnya prosedur berisikan informasi mengenai:

  • Petunjuk pemilihan respirator yang disetujui untuk melindungi dari bahaya.
    Intruksi yang detail dalam penggunaan respirator yang benar dan tepat.
  • Prosedur pemeliharaan
  • Prosedur administrasi
  • Instruksi penggunaan respirator ketika kondisi darurat seperti kebakaran atau ditemukan kondisi yang berbahaya di atmosfir.
  • Petunjuk untuk survey medis pekerja,
  • Prosedur evaluasi program respirator.

2. Survei medis

Penggunaan respirator kepada karyawan juga perlu direview ditinjau dari kondisi medis masing-masing pekerja. Bermaksud melindungi pernafasan pekerja dari bahaya dengan menggunakan respirator, justru malah kebalikannya. Oleh karena itu perlu dilakukan tinjau ulang terhadap kondisi medis pekerja.

Beberapa jenis informasi yang harus didapatkan dari pekerja antara lain:
• Riwayat penyakit pernafasan
• Riwayat pekerjaan
• Informasi medis lainnya seperti masalah psikologi dan lainnya.

Secara periodik harus dievaluasi dan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum bekerja. Jika memungkinkan dilakukan tes biokimia untuk pengguna respirator yang terpapar bahaya signifikan.

3. Pelatihan

Pelatihan untuk mendukung program perlindungan pernafasan pekerja diantaranya:

  • Elemen program pelatihan yang tepat. Pemilihan, penggunaan dan perawatan respirator untuk pengawas dan pekerja adalah komponen yang penting di dalam program pelatihan.
  • Pelatihan pengawas. Seorang pengawas harus menguasai pengetahuan tentang pernafasan dan praktek perlindungan pernafasan. Setidaknya pengawas memiliki pengetahuan tentang insytruksi dan pelatihan pekerja, praktek perlindungan pernafasan dasar, pemilihan dan penggunaan respirator, sifat bahaya pernafasan terhadap pekerja yang terpapar, program perlindungan pernafasan dan persyaratan legal yang berhubungan dengan perlindungan pernafasan.
  • Pelatihan pekerja. Minimum yangh harus diketahui oleh pekerja antara lain: bahaya jika respirator tidak digunakan, diskusi mengenai pemeilihan dan penggunaan respirator yang tepat, diskusi mengenai kapasitas dan keterbatasan dan respirator, instruksi dan pelatihan mengenai penggunaan respirator ketika kondisi darurat dan training khusus penggunaan yang khusus.

4. Uji kerapatan

Uji kerapatan ini dilakukan untuk memastikan keefektifan dari respirator yang akan digunakan oleh pekerja. Uji kerapatan ini terdapat 2 metode yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Uji Kualitatif
Merupakan uji lulus atau gagal dengan melihat respon dari pengguna respirator terhadap tes agen yang dipergunakan untuk menguji kerapatan. Metodenya, pekerja menggunakan cover/penutup yang menutupi seluruh kepala/ wajah. Kemudian disemprotkan tes agen seperti minyak pisang (isoamil asetat), sakarin, atau bitrek. Jika dia dapat membaui tes agen itu, menandakan bahwa uji kerapatan tersebut gagal karena tes agen dapat menembusnya.

Uji Kuantitatif
Merupakan metode pengukuran jumlah/nilai kebocoran yang terjadi pada respirator dalam bentuk angka. Untuk dapat mengukur kerapatan respirator, alat pengukur harus mampu menghitung konsentrasi aerosol di dalam dan diluar respirator, kemudian si pemakai respirator (pekerja yang diuji) mengikuti langkah-langkah aktivitas/gerakan yang telah ditentukan.

Kedua uji di atas tentunya memiliki keuntungan dan kerugiannya.

5. Inspeksi, pembersihan, perawatan dan penyimpanan respirator

Pembuat dari respirator yang digunakan harus dipahami dengan baik petunjuk mengenai inspeksi, pembersihan, perawatan dan penyimpannya. Hal ini akan mempengarui dari efektifitas dari respirator yang digunakan.

Inspeksi disini adalah pemeriksaan kecacatan dari respirator. Inspeksi dilakukan secara berkala sebagai contoh SCBA dilakukan setiap minggu. Selain itu perlu dibuatkan prosedur inspeksi terhadap respirator yang mengacu pada standar OSHA. Item inspeksi terhadap respirator seperti kondisi kerapatan penghubung, valve, regulator dll.

6. Survey kondisi area kerja dan pekerja yang terpapar

Beberapa hal seperti perubahan operasi atau proses, perpindahan udara, suhu, kelembaban akan berdampak pada substansi udara di atmosfir. Disarankan untuk dilakukan pengambilan sampel pekerja yang berada pada area yang terpapar. Hasil pengukuran yang didapat dibandingkan dengan kemampuan dari respirator yang tersedia. Dengan begitu akan memudahkan penentuan jenis respirator apa yang harus digunakan oleh pekerja.

7. Evaluasi program

Di dalam OSHA 29 CFR 1910.134 menyatakan bahwa “Harus ada secara regular pemeriksaan dan evaluasi untuk menentukan kelanjutan keefektifan program”. Pemantaua periodik diperlukan untuk memastikan bahwa pekerja terlindungi dengan baik. Program harus dievaluasi setidaknya tahunan dan prosedur harus direvisi berdasarkan hasil evaluasi jika diperlukan.

Demikian 7 elemen dalam implementasi Program Perlindugan Pernafasan yang mengacu pada standar NIOSH dan OSHA.

Semoga bermanfaat.

Spread the love