Berbuat Dusta Terhadap Allah dan Rasul-Nya

Lanjutan dari Kitab Kabaair (Dosa Besar) pada Bab Berbuat Dusta Terhadap Allah da Rasul-Nya.

Jenis Kedutaan Kepada Allah Ta’ala

Apa yang dimaksud dengan mendustakan kepada Allah? Disebutkan oleh Imam Ibnu Utsaimin Rahimahullahu, ada 2 jenis mendustakan kepada Allah di dalam kitab syarah Hadist Arba’in yaitu:

1. Seseorang mengatakan Allah berfirman demikian, padahal Allah tidak berfirman seperti apa yang dikatakan olehnya. Maka dia telah berdusta atas nama Allah.

2. Mentafsirkan firman Allah ta’ala bukan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah ta’ala. Akan tetapi jika seseorang menafsirkan atas ijtihad (sudah berusaha) namun ijtihad-nya salah maka Allah akan maafkan.

Beberapa jenis dusta lainnya:

3. Mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan.

Sebagaimana pada surat An-Naĥl ayat ke 116 yang artinya “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”.

Ibnu Katsir rahimahullah memberikan contoh seperti orang yang berbuat bid’ah. Ibnu Al-Jauzi rahimahullah mengatakan bahwa sebagian ulama berpendapat bahwa seseorang yang berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya dalam menghalalkan dan mengharamkan sesuatu maka jatuh kepada kekufuran.

Di dalam surat Yunus (Yūnus):59 – Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah: “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?”. Ini termasuk mensyariatkan apa yang Allah belum syariatkan.

Baca juga: Dosa Besar Memakan Harta Anak Yatim dan Mendzaliminya

4. Meyakini bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah melihat Allah Ta’ala pada peristiwa Isra’ Miraj.

Di dalam hadist shahih dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha terdapat 3 perkara yang apabila mereka mengatakan perkataan tersebut maka termasuk dusta:

  1. Siapa yang mengaku bahwa Nabi melihat Rab-nya secara langsung saat isra’ miraj, maka ia telah berdusta.
  2. Siapa yang menyakini bahwa Nabi menyembunyikan sebagian isi Al-Qur’an atau tidak menyampaikan seluruh isi Al-Qur’an, maka ia telah berdusta.
  3. Siapa yang mengaku mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, maka ia telah berdusta

5. Seseorang yang berkata Allah mengetahui seperti ini dan seperti ini padahal dia (orang tersebut) tidak tahu/ mengilmuinya dalam rangka berdusta atau mengelak.

6. Mengkhususkan hari-hari, malam-malam atau bulan-bulan dengan ibadah yang tidak dicontohkan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

7. Berfatwa tanpa ilmu.

Memperjalankan di waktu malam (Al-‘Isrā’):36 – Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan bahwa berbicara tentang agama tanpa keyakinan (tidak memiliki ilmu) tidak diperbolehkan.

8. Mengaku menjadi Nabi setelah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Di dalam hadist bahwa setelah wafatnya Nabi maka akan bermunculan Nabi-Nabi palsu.

Diantara balasan bagi orang yang berdusta kepada Allah di hari kiamat:

1. Wajahnya di hari kiamat akan menghitam

Rombongan-rombongan (Az-Zumar):60 – Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.

2. Diancam dengan neraka.

Rombongan-rombongan (Az-Zumar):60 – … Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?

3. Makhluk yang paling terdzolim.

Tempat yang tertinggi (Al-‘A`rāf):37 – Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: “Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?” Orang-orang musyrik itu menjawab: “Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami,” dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

4. Mendapatkan laknat dari Allah ta’ala yaitu diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah.

Nabi Hud:18 – Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,

Termasuk dosa besar bagi mereka yang berdusta tentang Allah. Dalilnya sebagai berikut: Haji (Al-Ĥaj):30 – Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.

Di dalam tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari pada kalimat “jauhilah perkataan dusta” yaitu dusta kepada Allah dan Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

5. Tidak akan pernah beruntung orang yang berdusta tentang Allah Ta’ala.

Binatang Ternak (Al-‘An`ām):21 – Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.

bersambung pada pembahasan dusta tentang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

=====

Ditulis pada tanggal 19 Rajab 1441 H
Di Masjid Ar-Rahmat Slipi JakBar
Pemateri oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al-Bajary

Spread the love