Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP), Efektifkah?
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP), Efektifkah? Dunia keselamatan di industri pertambangan khususnya pertambangan mineral dan batu bara atau biasa disingkat minerba menyambut suka cita karena telah ditandatanganinya Peraturan Menteri baru No. 38 Tahun 2014 yang mengatur tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP). Mungkin bagi para praktisi dan professional HSE di pertambangan punya harapan lebih dengan diterbitkannya PerMen tersebut, karena secara tidak langsung peran dan tanggung jawab terasa “lebih ringan” dikarenakan mau tidak mau perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen tersebut dan pengawasan langsung dari pemerintah khususnya Kementrian ESDM.
Baca Juga: Semua tentang SMKP
Antara SMKP dan SMK3
Berbeda halnya dengan Sistem Manejemen yang dimiliki “tetangga” yang dikeluarkan juga oleh kementrian “tetangga”. Sepertinya kurang begitu “greget”, entahlah kenapa? Yah, walaupun jika dilihat sejarahnya bahwa lahirnya PerMen tentang SMKP ini salah satunya didasari oleh milik “tetangga” itu. Cuma bedanya kalau di kementrian ESDM ini benar-benar dikontrol pelaksanaan K3-nya, begitu katanya.Pertanyaan adalah apakah dengan SMKP tersebut akan membuat jadi lebih efektif penerapan K3 pada perusahaan yang ada saat ini? Atau justru malah membuat perusahaan kesulitan dalam menjalankannya?
Pada tulisan ini bahwa kita tidak sedang membahas konten dari sistem tersebut, karena tahu kah anda bahwa konten dari sistem tersebut tidak diragukan lagi, karena isinya merupakan adopsi dari berbagai sistem keselamatan yang ada didunia seperti OHSAS, NOSA, SMK3 dlsb. Penulis ingin membahas, bagaimana caranya agar SMKP ini efektif dalam penerapannya sampai pada tahap evaluasi.
Langkah seperti apa agar penerapan sistem manejemen K3 efektif?
Kita tahu betul, bahwa sebelum lahirnya PerMen ini sudah banyak sistem manajemen keselamatan yang ada, baik di level internasional maupun di negara sendiri. Hanya saja, apakah semua perusahaan sudah berupaya sungguh-sungguh dan mencoba untuk menerapkannya. Kalaupun mereka sudah menerapkannya, apa motivasinya dalam menerapkan sistem tesebut? Bisnis, pencitraan, atau memang karena nilai dan tujuan dari perusahaan? Yah, semoga saja apa yang diterapkan oleh mereka karena atas dasar komitmen, nilai dan tujuan dari perusahaannya.
Bagaimana nasib SMKP yang umurnya belum ada 1 tahun bahkan belum genap 1 bulan semenjak tulisan ini dibuat. Akankah efektif untuk diterapkan? Kita lihat saja nanti. Namun tidak perlu khawatir, penulis sedikit berbagi mengenai langkah-langkah yang efektif dalam menerapkan sebuah sistem manajemen keselamatan kerja yang umumnya cara atau langkah ini sudah diterapkan pada perusahaan-perusahaan besar.
Langkah 1 Pernyataan Komitmen Manajemen Puncak
Merupakan langkah yang paling awal dan utama untuk dilakukan sebagai dasar menerapkan system manajemen keselamatan kerja yang efektif. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan penerapan system K3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staff dan karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staff harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja, tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah.
Baca Juga: Membedah Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang SMKP (bagian 1)
Langkah 2 Peran Aktif Level Manajemen Tiap Lini
Yang dimaksud level manajemen tiap lini adalah mereka para posisi manajer di suatu perusahaan, dimana mereka bertanggung jawab untuk menterjemahkan kebijakan manajemen puncak dalam bentuk action plan. Sebagai contoh, seorang manajer pembelian, dia bertanggung jawab dalam pemilihan dan pengadaan barang atau jasa yang berasal dari luar perusahaan yang mana hal tersebut harus memenuhi persyaratan K3 sebelum digunakan. Selain itu sebagai posisi manajer HR, salah satu tanggung jawabnya adalah meyediakan atau merekrut tenaga kerja yang kompeten, berkualifikasi dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap aspek K3. Tidak hanya pada saat proses rekrutmen, namun juga pada pemberian job description dimana item K3 harus dimasukan sebagai KPI per-individu. Dan seterusnya pada posisi manajer yang lainnya. Intinya adalah mereka memiliki tanggung jawab yang besar setelah manajemen puncak.
Langkah 3 Dukungan Sumber Daya
Safety itu mahal, kenapa? Karena awal dalam menerapkan sistem K3 membutuh effort baik waktu, tenaga dan biaya. Perusahaan harus benar-benar berkomitmen dalam penyediaan sumber daya baik itu manusianya dan fasilitas pendukung lainnya. Tanpa didukung dengan pengadaan sumber daya tersebut maka tidak akan berjalan dengan baik sistem K3 di perusahaan.
Langkah 4 Komunikasi Efektif
Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat vital jika organisasi ingin tetap bertahan dan berkembang. Oleh karena itu sangat diperlukan penciptaan bagaimana komunikasi yang efektif itu dibangun. Sebuah sistem manajemen yang dibangun akan tidak berguna apabila sistem komunikasi tidak berjalan, baik secara vertikal maupun horisontal. Pesan atau amanah dari level top manajemen harus sampai kepada level terrendah dari suatu organisasi tanpa kecuali, seperti kebijakan perusahaan, visi dan misi serta prosedur atau lainnya yang dianggap penting untuk diketahui oleh seluruh karyawan. Selain itu komunikasi yang efektif antar bagian (red: horisontal) juga merupakan elemen yang penting dalam membangun dan memajukan sistem manajemen yang sudah ada. Ingat, tanpa komunikasi organisasi akan mati!
Langkah 5 Tinjauan Manajemen Terhadap Sistem
Layaknya sebuah kendaraan, apabila kendaraan sudah berhasil dijalankan bukanlah berarti permasalahan tidak akan ada, seperti mesin mogok, ban bocor atau lainnya. Maka sebagai pengendara harus tau betul bagaimana cara merawat kendaraan. Perawatan tersebut harus dilakukan secara berkala. Begitu juga halnya dengan sebuah sistem. Dia harus dilakukan tinjauan seberapa jauh keefektifan dari sistem yang dijalankan. Ketidaksesuaian akan selalu ada pada sebuah sistem yang dijalankan, namun yang terpenting adalah bagaimana mengurangi atau meminimalisir ketidaksesuaian tersebut pada sebuah sistem yang dijalankan. Keterlibatkan manajemen dalam hal ini adalah sebagai user atau pemegang kebijakan yang mana mereka harus berperan aktif untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, yang ada hanyalah bagaimana menciptakan sebuah sistem yang dapat dijalankan secara terus menerus yang tidak tertinggal oleh zaman.
Langkah 6 Pengembangan Sistem
The last. Sistem manajemen apapun tidak akan pernah terlepas dari yang namanya Continual Improvement. Metodologi PDCA (Plan Do Check Action) adalah standar untuk menciptakan perbaikan yang terus menerus. Manajemen yang baik tidak akan pernah merasa puas dengan sistem yang dijalankan saat ini saja, akan tetapi mereka akan terus berfikir bagaimana sistem yang sudah ada harus tetap dikembangkan.
Baca juga: Membedah Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang SMKP (bagian 2 – selesai)
Sekali lagi, berjalan atau tidaknya sebuah sistem manajemen di perusahaan tergantung dari bagaimana komitmen manajemen dan keterlibatan secara aktif dari seluruh karyawan di perusahaan tersebut. Jangan sampai ada pada perusahaan anda, bahwa keberhasilan hanya dapat dilihat dari dapatnya sertifikasi dari lembaga sertifikasi, akan tetapi keberhasilan perusahaan anda dalam menerapkan sistem manajemen adalah adanya “SUSTAINABILITY”.
Salam.
Site Adaro
Boleh saya dishare materinya Pa Ashari
Maksudnya materi yang mana Pak Bowo? 🙂