Apa Yang Terlarang Saat Puasa

Berikut di bawah ini adalah poin-poin apa saja yang terlarang saat berpuasa:

1. Berbuka di siang hari Ramadhan tanpa udzur.

Dengan kata lain membatalkan puasanya. Bagi mereka mendapatkan ancaman yang keras sebagaimana dijelaskan pada hadist yang panjang. Tidak ada ampunan bagi mereka kecuali dengan melakukan taubat nasuha.

بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي رَجُلَانِ فَأَخَذَا بِضَبْعَيَّ فَأَتَيَا بِي جَبَلًا وَعْرًا فَقَالَا لِي: اصْعَدْ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِي سَوَاءِ الْجَبَلِ فَإِذَا أَنَا بِصَوْتٍ شَدِيدٍ فَقُلْتُ: مَا هَذِهِ الْأَصْوَاتُ؟ قَالَ: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ, ثُمَّ انْطَلَقَ بِي فَإِذَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٍ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا, فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ فَقِيلَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ, ثُمَّ انْطَلَقَ بِي فَإِذَا بِقَوْمٍ أَشَدِّ شَيْءٍ انْتِفَاخًا وَأَنْتَنِهِ رِيحًا وَأَسْوَئِهِ مَنْظَرًا, فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قِيلَ: الزَّانُونَ وَالزَّوَانِي

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku tidur, (aku bermimpi) melihat ada dua orang yang mendatangiku, kemudian keduanya memegang lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Mereka mengatakan, ‘Naiklah!’ Ketika aku sampai di atas gunung, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras. Aku pun bertanya, ‘Suara apakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah teriakan penghuni neraka.’ Kemudian mereka membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, aku melihat ada orang yang digantung dengan mata kakinya (terjungkir), pipinya sobek, dan mengalirkan darah. Aku pun bertanya, ‘Siapakah mereka itu?’ Kedua orang ini menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktunya (meninggalkan puasa).’ Mereka membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba ada beberapa orang  yang badannya bengkak, baunya sangat busuk, dan wajahnya sangat jelek. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Kedua orang itu menjawab, ‘Mereka para pezina lelaki dan wanita’.” (HR. Ibnu Hibban, no. 7491; Al-Hakim, no. 2837; Ibnu Khuzaimah, no. 1986; dinilai sahih oleh banyak ulama, di antaranya Al-Albani dan Al-A’dzami).

2. Tidak boleh berpuasa sampai nampak hilal.

Hendaknya umat Islam memperhatikan mengenai datangnya bulan Ramadhan. Sempurnakan bulan Sya’ban 30 hari apabila hilal belum terlihat.

وَعَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا [ قَالَ ]: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: – إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, makaberhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih).

3. Tidak boleh menyambut bulan Ramadhan 1 atau 2 hari sebelum bulan Ramadhan, kecuali jika memang sudah terbiasa puasa.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلَا بِيَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَعُدُّوا ثَلَاثِينَ ثُمَّ أَفْطِرُوا

Dari Abu Hurairah dia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Janganlah kalian mendahului berpuasa sehari atau dua hari (sebelum bulan Ramadhan) kecuali jika bertepatan dengan hari puasa yang biasa kalian lakukan, mulailah berpuasa setelah melihat hilal dan berbukalah dengan melihat hilal pula, jika cuaca mendung, maka genapkanlah puasa tiga puluh hari kemudian berbukalah.” (HR. Tirmidzi No. 620)

Pelajaran hadist:

  1. Sangat dibenci perbuatan ini.
  2. Siapa yang terbiasa kemudian bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan misalnya puasa Senin Kami, maka dikecualikan.
  3. Dilarang berpuasa pada hari yang diragukan yakni 1 atau 2 hari sebelum Ramadhan.

4. Apabila sudah masuk pertengahan bulan Sya’ban jangan kalian berpuasa menjelang Ramadhan.

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At-Turmudzi, dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Al-Munawi memberikan keterangan untuk hadis ini:
“Maksud hadis, terlarang bagi kalian untuk memulai puasa tanpa sebab, sampai masuk bulan Ramadhan” (Faidhul Qadir, 1:304)

Yang dimaksud “puasa tanpa sebab” adalah puasa sunah mutlak. Karena itu, larangan dalam hadis ini tidak mencakup puasa qadha’ bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan. Bahkan kaum muslimin yang memiliki utang puasa, dia wajib menqadha’nya sebelum datang Ramadhan berikutnya.

Baca juga: Jaga Lisanmu

5. Tidak ada puasa (tidak sah puasanya) bila di dalam hatinya tidak ada keinginan (mengumpulkan niat) untuk puasa pada hari esoknya.

Imam Syafi’i mengatakan bahwa ulama sepakat ketika puasa wajib maka harus ada niat, termasuk puasa Qadha. Niat ini boleh dilakukannaya sebelum masuk waktu fajar. Perbaharui niat setiap hari karena ibadah puasa berdiri sendiri tiap harinya. Niatkan hanya di dalam hatinya saja, karena niat terletak di dalam hati.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Dari Hafshah dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ” Barangsiapa yang belum niat sebelum fajar maka puasanya tidak sah”. (HR. Tirmidzi No. 730)

6. Haramnya perkataan dusta dan akhlak yang buruk saat berpuasa.

Puasa seperti ini hanya mendapatkan rasa haus dan lapar saja. Ramadhan adalah madrasah atau sekolah untuk membina diri kita menjauhi dari perbuatan yang sia-sia.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

7. Memperlambat buka puasa sampai nampaknya bintang.

Hal ini sangat dilarang sebagaimana kebiasaan orang Yahudi dan Nasrani.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan untuk berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih).

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 18 Sya’ban 1441 H
Kajian Online
Pemateri Ust. Mizan Qudsiyah Lc. MA

Spread the love