Kiat Mensucikan Jiwa

Di kalangan ulama salaf bahwa perilah mensucikan jiwa merupakan bagian yang penting. Oleh karenanya tidak sedikit ulama menulis kitab tentang kiat dalam mensucikan jiwa. Dengan mempelajari akidah atau Tauhid, InsyaAllah akan terus istiqomah di jalan Allah.

Hal yang paling utama adalah pelajari terlebih dahulu tentang Rukun Iman, Islam dan seterusnya. Amal tidak akan bisa dilakukan dengan benar dan diterima oleh Allah tanpa didasari dengan ilmu. Ibadah hukum asalnya adalah dilarang, sampai datang dalil yang memerintahkannya.

Sunnah nabi artinya ‘thoriqoh’ yaitu jalan Nabi. Secara Ilmu Fiqih, ada yang hukumnya wajib dan sunnah.

Baca juga: Nestapa Akhir Zaman

Pembagian Jiwa

Jiwa di dalam Al-Qur’an terbagi 3 yaitu:

  1. Jiwa yang Muthmainnah (jiwa yang tenang).
  2. Jiwa yang Lawwaamah (jiwa yang cacat/ suka mencela)
  3. Jiwa yang suka memerintahkan untuk melakukan keburukan.

Dosa timbul dari 2 hal, yaitu godaan syaitan dan keburukan jiwa.
Dalilnya:

Nabi Yusuf (Yūsuf):53 – Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Musuh yang Sebenarnya

Musuh ada 2 yaitu dari kalangan syaitan dan kalangan manusia. Musuh dari kalangan manusia bisa diatasi dengan berbuat baik kepadanya atau meninggalkan mereka dan mencari kawan yang shalih. Sedangkan musuh dari kalangan jin, maka jadikan dia musuh yang abadi bagimu.

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sabar yang paling berat adalah mendapatkan gangguan dari manusia, karena jiwa ini ada sifat ‘intiqom’ yaitu jiwa yang ingin membalas. Di dalam hadist Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa orang yang kuat bukanlah yang pintar bergulat, namun yang bisa melawan hawa nafsunya. Beruntung bagi mereka yang mensucikan jiwanya.

Matahari (Ash-Shams): 7- 10 “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Sesungguhnya jiwa itu punyak hak, maka perhatikan urusan jiwamu. Terutama untuk mensucikan jiwamu. Tujuan mensucikan jiwa adalah untuk meninggalkan dosa dan kemaksiatan.

Beberapa Kiat Mensucikan Jiwa

10 Kaidah Mensucikan Jiwa dari kitab yang ditulis olehSyaikh Abdur Razak Hafidzahullahu ta’ala.

1. Memperhatikan urusan akidah (Tauhid), karena merupakan pokok dari segala-galanya.

Allah menggandengkan kata keimanan dengan amal shalih. Keimanan menuntut amal shalih dan sebaliknya, amal shalih menuntut keimanan. Keimanan adalah aqidah. Bila iman kita tidak benar, maka amal kita pun akan tidak benar. Aqidah yang benar akan melahirkan pensucian jiwa. Aqidah itu bagaikan hati dari jasad.

Penghuni-penghuni gua (Al-Kahf):103-104 Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Konsekuensi iman kepada Allah adalah beriman kepada Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat. Nabi mengatakan, berhati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena dosa besar berasal dari dosa kecil yang terkumpul.

Baca juga: Aku Tunggu Kau di Surga

2. Senantiasa berdoa kepada Allah, karena hati seorang hamba berada diantara 2 jari jemari Allah. Allah membolak balikan jarinya sesuai dengan keinginannya.

Oleh karena itu ada doa yang diajarkan oleh Nabi yaitu:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik.

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.
HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Cahaya (An-Nūr):21 – Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

3. Memperhatikan interaksi kita dengan firman Allah (al-Qur’an).

Al-Qur’an adalah makanan atau nutrisinya hati kita. Terkadang kita lebih mengutamakan kebutuhan jasadnya dibanding hatinya. Hati yang sakit jauh lebih berbahaya dari jasad yang sakit. Hati yang rusak bagaikan bangkai yang berjalan di atas bumi. Hati yang sakit lebih susah diobati dibandingkan jasad yang sakit.

Perbuatan dosa dapat merusak hatinya sebelum merusak jasadnya. Bacalah Al-Qur’an agar Allah terus mensucikan jiwa kita. Selain membacanya, mentadaburi dan mengamalkannya. Orang-orang kafir tidak perlu memerangi kaum muslimin dengan senjata yang canggih, namun dengan cara menjauhkan kaum muslimin dari Al-Qur’an.

Telah bercerita kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah bercerita kepada kami Abu Ghassan berkata, telah bercerita kepadaku Zaid bin Aslam dari ‘Atha’ binYasar dari Abu Sa’id radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam besabda: “Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka manempuh (masuk) ke dalam lobang biawak kalian pasti akan mengikutinya”. Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksud Yahudi dan Nashrani?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka) “. (HR. Bukhari No. 3456)

Sapi Betina (Al-Baqarah):121 – Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

Syarat orang-orang yang benar-benar membaca Al-Qur’an yaitu, memperbaiki bacaannya, mau menghafalkannya, mentadaburinya dan mengamalkannya. Ulama salaf dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an salah satunya adalah mengkhatamkannya. Paling cepat 3 hari dan paling lama 40 hari. Bagaimana dengan kita?

8 Rabiul Akhir 1440H
Masjid Ar-Rahmat Slipi Jakbar
Ust. Zakarial Anshari Lc

Semoga Bermanfaat

Spread the love