Sifat Puasa Nabi

Sebagai penuntut ilmu, wajib bagi dirinya mempelajari Sifat Puasa Nabi yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Terlebih lagi menjelang datangnya bulan Ramadhan yang diberkahi Allah Ta’ala.

Apa pentingnya mempelajari Sifat Puasa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?

1.  Salah satu sebab diterimanya amal shalih adalah mengikuti sunnah Nabi (Ittiba’ atau Mutaba’ah)

Keluarga ‘Imran (‘Āli `Imrān):31 – Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini merupakan ayat Hakim yaitu yang memutuskan bahwa syarat diterimanya amal ibadah adalah mengikuti sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

Binatang Ternak (Al-‘An`ām):153 – dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

2. Nabi sudah mengabarkan bahwa ada orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga.

Serendah-rendahnya puasa cuma mendapatkan rasa lapar dan dahaga. Hal ini dikarenakan tidak mengikuti sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Kemudian ada hadist tentang mengamalkan sesuatu yang tidak ada contohnya, maka amal tersebut akan tertolak.

Baca juga: Kiat Mensucikan Jiwa

3. Sebagai persiapan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan sebagaimana kebiasaan shahabat Nabi.

Dijelaskan di dalam hadist bahwa Rasul mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan. Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam mempersiapkan Ramadhan hingga 6 bulan dan selalu berdoa kepada Allah agar sampai di bulan Ramadhan.

Diantara Sifat Puasa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

1. Menentukan masuknya bulan Ramadhan dengan 2 cara. Pertama adalah melihat hilal awal bulan ramadhan dan kedua menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari.

2. Jika melihat hilal disunnahkan membaca doa berikut:

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا نُحِبُّ وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

Allahu akbar, ya Allah jadikanlah hilal itu bagi kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan islam, dan membawa taufiq yang membimbing kami menuju apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhan kamu (wahai bulan), adalah Allah.” (HR. Ahmad 888, Ad-Darimi dalam Sunannya no. 1729, dan dinilai shahih oleh Syua’ib Al-Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad, 3/171)

3. Jika masuk bulan Ramadhan, maka bergembiralah dan boleh mengabarkannya kepada yang lainnya. Gelar Bulan Ramadhan adalah al-Mubarak bukan Suci, karena bulan suci yang dikenal pada kalender hijrian adalah 4 bulan haram, yaitu Dzulhijjah, Dzulqodah, Muharram dan Rajab.

4. Wajib berniat puasa Ramadhan di malam hari. Ini khusus puasa wajib di Bulan Ramadhan. Imam Malik hingga Syaikh Utsaimin Rahimahumullah membolehkan niat untuk 1 bulan Ramadhan yang diniatkan di malam pertama Bulan Ramadhan.

5. Bersahur karena terdapat berkah di dalamnya, diantaranya:

  • Pembeda antara puasa Muslim dan ahli kitab.
  • Allah dan malaikat memuji orang yang makan sahur.
  • Bisa mengerjakan sunnah Rasul yaitu beristighfar saat bersahur.
  • Waktu mustajab untuk berdoa saat bersahur.
  • Tidak terlambat bangun subuh.

6. Beliau bersahur dekat dengan waktu adzan. Di dalam hadist Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa jedanya jaraknya seperti orang yang membaca Al-Qur’an sekitar 50-60 ayat atau 15 menit.

7. Bersahur dengan kurma kering (Tamr) dan berbuka dengan kurma basah (Ruthob).

8. Mendapati adzan shubuh dalam keadaan zunub, maka beliau tetap berpuasa sebagaimana di dalam hadist riwayat Bukhari dari A’isyah. Dilanjutkan wudhu dan mandi setelah shubuh.

9. Boleh melakukam kumur-kumur dan memasukan air ke hidung ketika berwudhu saat berpuasa sebagaimana hadist dari Imam Ahmad.

10. Boleh bersiwak ketika berpuasa, termasuk menggosok gigi.

11. Menjaga sholat lima waktu dan bagi laki-laki wajib berjama’ah di masjid.

12. Mencumbu istrinya ketika berpuasa. Rasul sering menciumi A’isyah ketika berpuasa.

13. Menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa, seperti berjima’ dengan sengaja, keluarnya mani dengan sengaja, makan dan minum, semakna dengan makan dan minum seperti obat atau suntikan yang menguatkan tubuh, berbekam (berselisih ulama), muntah dengan sengaja, keluarnya darah haid dan nifas, berniat untuk berbuka, murtad.

Syarat terjadinya pembatal puasa ada 3, yaitu tahu hukumnya dan dengan sengaja, dengan pilihannya tanpa dipaksa.

14. Menjauhi seluruh yang diharamkan saat berpuasa seperti dusta (sumpah palsu), perkataan sia-sia (ghibah, namimah, nyanyian, lagu), roffats (perkataan yang kotor, keji, syahwat), mengangkat suara dan bertengkar.

15. Memperbanyak baca Al-Qur’an di bulan Ramadhan.

16. Memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan.

17. Memperintahkan untuk berumrah di dalam bulan Ramadhan.

18. Bersafar saat berpuasa.

19. Menyegerakan dalam berbuka.

20. Berbukalah dengan kurma basah (Ruthab)

21. Berdoa ketika sudah berbuka.

22. Sholat tarawih di malam Ramadhan.

23. Sholat tarawih bersama imam.

24. Sholat witir.

25. Bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

26. Beritikaf di 10 hari bulan Ramadhan.

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 8 Sya’ban 1440 H
Di Masjid Ar-Rahmat Slipi Jakarta Barat
Pemateri oleh Ust. Ahmad Zainudin Lc

Spread the love