Amalan Jahiliyah Dulu dan Sekarang

Bab 31 Bersumpah Kepada Selain Allah Termasuk Perkara Jahiliyah

Sumpah bermakna mengokohkan sesuatu dengan yang diagungkan. Sumpah adalah murni hak Allah. Boleh bersumpah dengan nama atau sifat Allah, selainnya tidak diperbolehkan. Allah bebas bersumpah dengan nama apa saja yang menjadi ciptaannya, sedangkan makhluk tidak boleh karena sumpah harus mengandung ungkapan mengagungkan yang dijadikan sumpah.

Kaidahnya ketika kita bersumpah, maka setelah huruf “waw” maka pada harakat setelahnya adalah kasrah. Barang siapa yang bersumpah kepada selain Allah maka jatuh pada syirik kecil. Jika bersumpah dengan tujuan mengagungkan selain Allah yang dipergunakan untuk sumpah itu maka jatuh pada syirik besar.

Dalil 1

Dari Umar bin Khattab menuturkan; Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda kepadaku: “Allah melarang kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian.” Umar berkata; ‘maka demi Allah, aku tak lagi bersumpah dengan nama- nama ayahku secara sengaja, semenjak aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Bukhari no. 6647 dan Muslim No. 1646)

Pada masa jahiliyah mereka berbangga-bangga dengan penyebutan nama bapak-bapak mereka. Saat Nabi menyebarkan Islam, maka hal tersebut dilarang.

Faidah hadist:

  1. Nabi melarang umatnya bersumpah dengan nama selain Allah dan sifat Allah.
  2. Sikap para shahabat konsisten dalam meninggalkan larangan setelah mereka memiliki ilmu tentangnya.
  3. Keutamaan sahabat Umar bin Khotob yang selalu berhenti dengan dalil.

Dalil 2

Dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah, barangsiapa yang bersumpah janganlah bersumpah kecuali atas nama Allah”. Dahulu orang-orang Quraisy bila bersumpah menggunakan bapak-bapak mereka lalu beliau bersabda: “Janganlah kalian bersumpah atas nama bapak-bapak kalian”. (HR. Bukhari no. 3836 dan Muslim no. 1646)

Faidah hadist:

  1. Keumuman larangan bersumpah kecuali dengan nama Allah. Kata “man” merupakan syarat atau konteks untuk umum.
  2. Bersumpah dengan menyebut nenek moyang merupakan adat istiadat atau kebiasaan orang jahiliyah.
  3. Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka dia menyerupai laum jahiliyah.

Baca Juga: Ngalap Berkah Dalam Timbangan Islam

Dalil 3

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa salah seorang dari kalian bersumpah, dan dalam sumpahnya berkata demi Lata dan Uzza, hendaknya ia segera mengatakan; “Laa ilaaha illallah (tiada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah), dan barangsiapa berkata kepada saudaranya; “kemarilah kita main judi” hendaknya ia segera bersedekah.” (HR. Bukhari no. 6107 dan Muslim no. 1647)

Faidah hadist:

  1. Tebusan orang yang bersumpah dengan selain Allah maka harus mengucapkan kalimat Tauhid (Laa ilaaha illallah (tiada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah)).
  2. Latta dan ‘Uzza merupakan lafazh yang sering terucap oleh lisan orang jahiliyah.
  3. Kafarah bagi orang yang mengajaknya untuk berjudi yaitu bershodaqoh.

Dalil 4

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersumpah dengan amanah, maka bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Dawud no. 3253 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Abany)

Abu Ubaidah bin Jarrah orang yang paling beramanah di umat ini. Kata “Falaisa minna”, artinya mengurangi kesempurnaan iman.

Faidah hadist:

  1. Berlepas diri dari orang yang bersumpah dengan amanah.
  2. Ancaman bagi orang-orang yang bersumpah dengan nama selain Allah.

Bab 32 Termasuk Kesyirikan Ucapan atas Kehendak Allah dan Kehendakmu dan Sejenisnya

Bab ini menjelaskan bentuk syirik dari ucapan dalam perkara takdir dan hukumnya syirik kecil. Menyetarakan Allah dengan makhluknya dalam ucapan masuk ke dalam syirik asghar (kecil). Sedangkan jika menyetarakan Allah dengan makhluknya dalam keyakinan masuk ke dalam syirik akbar (besar).

Dalil 1

Dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian bersumpah, maka jangan mengucapkan ‘Jika Allah dan kamu menghendaki’. Akan tetapi ucapkanlah ‘Jika Allah menghendaki kemudian kamu’.” (HR. Ibnu Majah no. 2117 dishahihkan oleh Syaikh Al-Baniy)

Faidah hadist

  1. Kerasnya pengingkaran Nabi terhadap orang yang jatuh ke dalam syirik lafazh, apalagi yang jatuh pada syirik akbar.
  2. Barang siapa yang menyetarakan hamba dengan Allah pada lafazh maka dia telah menjadikan itu sebagai tandingan Allah.
  3. Ucapan yang paling bagus adalah “Ini adalah kehendak Allah semata”.
  4. Bagaimana kerasnya pengingkaran Nabi terhadap orang-orang yang memuji Nabi secara berlebihan.
  5. Nabi menjaga sisi-sisi Tauhid dan menutup pintu-pintu yang membawa kepada kesyirikan.
  6. Kesalahan ucapan, lafazh atau yang diluar tidak bisa dibenarkan atau diluruskan dengan alasan kelurusan hati.

Dalil 2

Dari Hudzaifah Ibnul Yaman berkata; “Seorang laki-laki muslim bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan seorang yahudi, yahudi tersebut berkata, “Sebaik-baik kaum adalah kalian, jika kalian tidak berbuat syirik. Kalian mengatakan ‘Apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki Muhammad’.” Lalu hal itu disebutkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pun bersabda: “Demi Allah, aku lebih tahu dari kalian, maka ucapkanlah ‘Apa yang dikehendaki Allah kemudian Muhammad’.” (HR. Ibnu Majah no. 2118)

Faidah hadist:

  1. Larangan mengucapkan kalimat “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”.
  2. Nabi tidak memberikan suatu keputusan kecuali telah datang wahyu.
  3. Penyetaraan disini bukan termasuk syirik besar.
  4. Orang Islam, merekalah yang paling utama memurnikan Tauhid dan menjauhkan Syirik.
  5. Mimpi tidak bisa menjadi dalil dalam hukum agama kecuali dibenarkan oleh Nabi.

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 24 Dzulqo’dah 1440 H
Di Masjid Ar-Rahmat Slipi JakBar
Pemateri Ust. Mizan Qudsiyah Lc.

Spread the love