Pelajaran Hadist ke 46-47 Kitab Riyadhus Shalihin

Hadist ke 46
“Orang kuat itu bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Hadist ini menjelaskan tentang rasa marah. Marah ada 2 yaitu marah yang tercela dan marah yang diajurkan. Marah yang tercela adalah marah yang dihembuskan oleh setan. Setan memasukannya ke dalam hati seorang hamba. Sedangkan marah yang dianjurkan adalah marah yang disebabkan oleh aturan Allah.

Terkait masalah dunia, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah marah. Dalam masalah syariat, Nabi marah. Inilah marah yang dianjurkan. Seperti pada kisah seorang sahabat yang telah membunuh meski lawannya sudah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Baca Juga: Penjelasan Hadist ke 45

Kisah sahabat yang bisa menahan rasa marah yang tercela adalah Ali bin Abi Thalib yaitu ketika lawan kelahinya sudah tersungkur kemudian orang kafir tersebut meludahi wajah Ali bin Abi Thalib, maka Ali tidak jadi membunuhnya karena takut karena rasa marah yang didasarinya untuk membunuh bukan karena dorongan Islam atau syariat.

Hadist ke 47
Dari Sulaiman bin Shurad radhiyallhu’anhu, katanya: “Saya duduk bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya saja niscayalah mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: “A’udzu billahi minasy syaithanir rajim,” tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orang-orang lalu berkata padanya – orang yang merah padam mukanya tadi: “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang dikejam.” (Muttafaq ‘alaih)

Ada beberapa cara untuk menghilangkan rasa amarah.

Sebelum Marah

  1. Sebelum marah kita mengingat keutamaan tentang menahan amarah. Diantara keutamaannya adalah pada hari akhir akan dibanggakan oleh Allah di hadapan seluruh manusia ketika di padang mahsyar. Di surga boleh memilih bidadari yang disukainya.
  2. Bisa berlaku adil karena dalam kondisi tidak marah.
  3. Merupakan sikap orang yang bertaqwa dan Allah akan menyediakan surga bagi mereka.

Ketika Marah

  1. Membaca ta’awudz yaitu berlindung kepada Allah.
  2. Jika belum bisa juga, maka berwudhu.
  3. Ketika marah dalam keadaan berdiri, maka langsung duduk. Jika dalam keadaan duduk, maka berbaringlah. Jika tidak mampu, maka menjauhlah atau keluar dari rumah.
  4. Bayangkan bahwa ketika marah wajah tidak sedap dipandang.

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 17 Dzulqodah 1440H
Di Masjid Al-Ittihad Komplek DPR RI
Pembahasan Kitab Riyadhusshalihin
Pemateri Ust. Abu Hurairah MA

Spread the love