Pelajaran Hadist ke 48-51 Kitab Riyadhus Shalihin

Hadist ke 48
Dari Mu’adz bin Anas, bahwa Nabi bersabda:

Dari Mu’adz bin Anas, bahwa Nabi bersabda:

“Barang siapa yang meredam amarah padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya dihadapan para makhluk pada Hari Kiamat, hingga Dia menyuruhnya memilih dari para bidadari yang dia kehendaki”. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, hadist ini hasan)

Dua keutamaan dalam hadist tersebut:

  1. Allah memanggil mereka di hadapan seluruh makhluk di Padang Mahsyar.
  2. Dapat memilihi bidadari surga.

Baca Juga: Pelajaran Hadist ke 46-47 Kitab Riyadhus Shalihin

Hadist 49
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:

“Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi, ‘Berilah aku nasihat.’ Maka beliau bersabda, ‘Jangan marah.’ Lalu dia mengulang (permintaannya) berkali-kali, dan beliau tetap bersabda, ‘Jangan marah’.” (HR. Bukhari)

Hadist 50
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:

“Ujian akan senantiasa menimpa orang Mukmin dan Mukminah dalam dirinya, anaknya, dan hartanya, hingga dia bertemu dengan Allah tanpa membawa dosa.” (HR. At-Tirmidzi, hadist hasan sahih)

Beberapa cara agar dosa-dosa dihapuskan.

  1. Dengan amal shaleh.
  2. Meninggalkan dosa besar.
  3. Melaksanakan amalan Sunnah.
  4. Langsung datang dari Allah berupa ujian kepada hambanya.

Syaikh Utsaimin mengatakan, jika diuji dengan sakit tidak cukup berharap agar dapat disembuhkan, namun berharap mendapat pahala dan diampuni dosanya.

Hadist 51
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, katanya: ‘Uyainah bin Hishn datang di Madinah, kemudian turun sebagai tamu pada anak saudaranya sepupunya yaitu Alhur bin Qais. Alhur ‘Adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang didekatkan oleh Umar radhiallahu ‘anhu yakni dianggap sebagai orang dekat dan sering diajak bermusyawarah, karena para ahli baca al-Quran – yang pandai maknanya – adalah menjadi sahabat-sahabat yang menetap di majlis Umar radhiallahu ‘anhu serta orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik orang-orang tua maupun yang masih muda-muda usianya.

‘Uyainah berkata kepada sepupunya: “Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah banyak diperhatikan di sisi Amirul mu’minin ini. Cobalah meminta izin padanya supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk ‘Uyainah lalu Umarpun mengizinkannya. Setelah ‘Uyainah masuk, lalu ia berkata: “Hati-hatilah, hai putera Alkhaththab – yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak memberikan banyak pemberian kelapangan hidup pada kita dan tidak pula tuan memerintah di kalangan kita dengan keadilan.” Umar radhiallahu ‘anhu marah sehingga hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya.

Alhur kemudian berkata: “Ya Amirul mu’minin, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada NabiNya shalallahu ‘alaihi wassalam yang artinya: “Berilah maaf, perintahlah kebaikan dan berpalinglah, jangan menghiraukan pada orang-orang yang bodoh.” Dan ini – yakni ‘Uyainah – adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh. Demi Allah, Umar tidak pernah melaluinya, melanggarnya di waktu Alhur membacakan itu. Umar adalah seorang yang banyak berhentinya, amat mematuhi di sisi Kitabullah Ta’ala. (HR Bukhari).

Pelajaran hadist:

  1. Sikap pemimpin yang benar adalah harus dekat dengan ulama, bukan ulama yang dekat dengan pemimpin.
  2. Tawadhu-nya shahabat Umar bin Khattab, terutama dihadapan para ulama. Beliau mau mendengarkan nasihat dari ulama.
  3. Allah meninggikan Al-Qurro yaitu para ulama yang ahli Al-Qur’an. Allah meninggikan orang yang hafal Al-Qur’an.
  4. Sikap menghadapi orang-orang bodoh adalah dengan memaafkan atas kebodohannya. Nasihati atau jauhi mereka atas kebodohannya.
  5. Sikap seorang mukmin terhadap Al-Qur’an adalah menjadikannya sebagai pedoman.

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 2 Dzulhijjah 1440H
Di Masjid Al-Ittihad Komplek DPR RI
Pemateri Ust. Abu Hurairah MA

Spread the love