Ketika Para Salaf Mendapat Ujian

Ketika seseorang mendapatkan ujian, maka sikap yang muncul akan berbeda. Namun bagaimana ketika para salaf mendapat ujian?. Pada ringkasan kajian ini akan dijelaskan bagaimana sikap mereka ketika mendapat ujian.

Ujian dan musibah yang datang merupakan tanda kasih sayang Allah Ta’ala kepada hambanya. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan timpakan musibah kepadanya. Barang siapa yang diberikan kebaikan oleh Allah, maka Allah akan mengujinya”

Ujian dan musibah datang membagi sikap manusia menjadi 4 golongan:

  1. Menggerutu, marah, murka dan tidak legowo. Ini adalah sejelek-jelek manusia.
  2. Sabar dalam menghadapi musibah.
  3. Ridho. Sikap ini lebih tinggi dari sabar. Bedanya dengan sabar adalah kalau sabar hanya bisa menahan emosinya, sedangkan orang yang ridho tidak bersedih, lebih mengharapkan atas pahala musibah dibanding dengan dikembalikannya nikmat.
  4. Syukur. Ketika mendapatkan musibah menjadi bersyukur dengan membaca Alhamdulillah Ala Kuli Hal.

Imam Hasan Al-Basri
“Dahulu ada seorang laki-laki berjalan dan tertusuk duri, kemudian laki-laki itu berkata: Wahai duri, tidaklah aku tertusuk duri melainkan karena sebab dosa yang telah aku lakukan.”

Hati para salaf sangatlah lembut, tidaklah mereka mengalami musibah melainkan mereka bermuhasabah atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya.

Sikap paraf salaf ketika mendapatkan musibah:

1. Meyakini bahwa musibah tidaklah datang kecuali karena dosa yang dilakukan. Tidak sibuk menyalahkan orang lain.

Musyawarah (Ash-Shūraá):30 – Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

2. Mengakui dosa, beristighfar dan segera bertaubat. Kisah empat orang yang membawa masalah berbeda-beda dan meminta nasihat ke Imam Hasan Al-Basri terkait musibah yang menimpanya maka beliau mengatakan: “pulanglah, perbanyak meminta ampunan kepada Allah dan beristighfarlah”. Solusi hanya satu yaitu meminta ampun dan perbanyak istighfar.

Nuh (Nūĥ):10-11 – maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

3. Mengimani bahwa musbih yang datang ini adalah takdir Allah. Takdir Allah tidak akan meleset, sehingga tidak perlu berkeluh kesah.

Baca Juga: Kemana Aku Harus Mengadu

4. Tidak meratapi musibah dan tidak berkata “seandainya saja”, tapi katakanlah “Qadarulah” dikarenakan ucapan seandainya bisa membuat pintu setan.

5. Segera ber-Istirja yaitu ucapan إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ setelah itu berdoa dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dengan doa tersebut Allah akan mengganti musibah ini dengan anugrah seperti pada kisah Ummu Salamah yang dinikahi oleh Rasululah Shalallahu Alaihi Wassalam.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللَّهُمَّ أُجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا

Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah, berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku). HR. Muslim 2/632.

6. Mengeluh hanya kepada Allah Ta’ala. Ini yang sudah dicontohkan oleh Nabi Yakub Alaihi Salam. Begitu juga dengan sikap Rasulullah ketika mendapatkan musibah.

Nabi Yusuf (Yūsuf):86 – Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”.

Ketika mendapatkan musibah pertama kali, maka hadapkan wajahmu kepada Allah Ta’ala dan beristighfar.

7. Bersabar
8. Menegakan sholat
Sapi Betina (Al-Baqarah):45 – Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,

Rasulullah mengatakan kepada Bilal: Wahai Bilal dirikanlah sholat dan itu akan menenangkanmu. Rasulullah ketika mendapatkan musibah maka sholat 2 rakaat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala

9. Mereka membersamai Allah Taala, maksudnya adalah dia jadikan Allah menjadi pusat ketergantungannya.

Pengampunan (At-Tawbah):40 – Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

10. Mereka membandingkan musibah yang menimpa mereka dengan membandingkan musibah yang dirasakan oleh Rasulullah. Dengannya kita akan merasakan musibah yang kita alami tidak seberat musibah yang dialami oleh Rasulullah.

Sering-seringlah membaca Shirah Nabawiyah, disana banya kisah begitu beratnya ujian yang dialami oleh Rasulullah. Pada usia yang masih kecil sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya serta ditinggal wafat oleh anak-anaknya.

Itulah sikap para Salaf ketika mendapatkan musibah dan semoga kita bisa mengambil pelajaran di dalamnya.

SELESAI
SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis pada tanggal 2 Safar 1442H
Kajian Online Tasniim
Pemateri Ust. Fadlan Fahamsyah Lc. MHI

Spread the love